~COOKING DAY~ in my Grade 4


Ada banyak cara untuk memahami dunia anak-anak.. salah satunya, dengan menggali kreatifitas menyusun menu masakan dan mempresentasikan menu andalan mereka dalam bentuk gambar serta presentasi sederhana di depan teman-teman sekelas.

Hello, boys and girls!
Bersama orang tuamu di rumah cobalah sesekali kalian membantu menyusun ide menu andalan pekan ini. Lalu, pakailah bb milikmu atau orang tuamu untuk mengabadikan foto menu andalanmu.. jangan hanya berfoto selfie! Miss tantang kemampuanmu mulai sore ini..

Kupikir mereka akan meremehkan tugasku hari ini, ternyata telepon yg berdering sore itu menunjukkan antusias mereka dan dukungan orang tuanya, menanyakan menu ini itu..
Bahkan, sah satu siswa, dgn wajah manyun melaporkan: "mamiku sibuk dan si mba tidak punya stok sayuran apa2 dikulkas.. "

Dan hari yg ditentukan pun tiba. Degup kencang pun terus bertanya.. apa mereka mampu mempresentasikan ide mereka? Akhirnyaa, aplous anak-anak pun menggema.. dgn gaya apa adanya siswa kelas 4 SD mempresentasikan masakan andalan mereka. Wajah yang memerah malu, mulut yang awalnya kaku.. lewatlah sudah. Berganti tepuk tangan dgn saling melirik bangga kepada sesama teman di sampingnya.

So, sebagai seorang dewasa apakah kita mampu melewati proses sedemikian berani melangkah mengemban tugas-tugas sepele kita? Layaknya haru dan serunya penampilan dunia anak-anak. Hati yang mana tak senang menyaksikannya? :)
Salam semangat mendidik bersama untuk Indonesiaku..



ENJOY JAKARTA: JAKARTA BARU, JAKARTAKU..

JAKARTA BARU, JAKARTAKU.... 

Meski HUT DKI JAKARTA pada 22 Juni sudah lewat, saya mencoba menelusuri nuansa Jakarta Berhias dan sisa-sisa hiburan para muda-mudi yang memang sudah direncanakan Pemerintah Jakarta demi menghibur warga Jakarta beberapa waktu lalu. 

Liburan sekolah kali ini, menjadi kesempatan yang tepat untuk mengunjungi berbagai tempat yang sudah direncanakan. Tak perlu repot merogoh kocek dalam untuk berkeliling ke luar daerah, karena liburan di dalam kota pun bisa menjadi tawaran yang menarik untuk cuci mata.

Saya mencoba berkeliling kota Jakarta dengan 3 orang teman-teman dan keluarga, tanpa rencana. Sekali jalan untunglah semua fasilitas mendukung lancar.

Sekarang tak perlu repot naik  Busway untuk keliling Jakarta, semua halte transit lumayan sudah memadai dengan biaya hanya Rp. 3.500, mau bayar pakai kartu  debit pun tinggal tempel di pintu masuk halte busway. Aman dan nyaman bukan?


Tujuan kali ini menglilingi Monas dan Pasar Baru .


Add caption






Keberangkatan kami bukan hanya berbekal uang, tetapi saya membawa 2 kantong pakaian bekas (namun masih sangat layak pakai) untuk berbagi menjelang Ramadhan ini kepada para petugas penyapu jalanan atau pun para  tuna grahita yang mungkin akan saya ditemui di perjalanan, atau bahkan di sekitar Monas. Ternyata lama menjinjing tak saya temukan di sekitaran Monas. Rupanya, Jakarta memang mulai berhias. Polisi Patroli pun berlalu lalang ketat bergantian mengontrol keadaan di sekitar Monas. 



Cuaca yang sangat panas menjadi tak terasa saat fasilitas kereta kelinci gratis membawa kami berkeliling di sekitar pelataran Monas. Ternyata antrean panjang sudah menunggu saat membeli karcis yang dipatok berbeda untuk tujuan cawan/goblet, pelataran monas dan top/puncak monas. Untuk anak-anak yang asalnya Rp. 1.000,- naik menjadi Rp. 2.000,-. Untuk pelajar dan mahasiswa (jangan lupa membawa kartu ID sekolah/Univ. masing2) dari Rp. 2.000,- menjadi Rp. 4.000. Dan untuk dewasa di cawan hanya Rp. 5.000,- jika sampai top/puncak Rp. 15.000,-. 

Sayangnya, pelayanan loket sangat minim, hanya 3 loket, padahal pengunjung yang mengantri saat itu datang dari berbagai pelosok daerah di Nusantara, demi mengenal History Monas sebagai tugu kebanggaan kota Jakarta. Kunjungan ke bagian cawan/museum bawah pun sedang ada perbaikan. Alhasil, saya hanya bisa menyaksikan suara Proklamasi Bungkarno saja, lalu menghibur diri berfoto narsis hahaha...







Tak puas hanya ke Monas, saya mencoba berkeliling ke Passer Baru. Dengan menaiki bajaj bertarif Rp. 15.000,- sampailah di pasar yang konon sudah lama berdiri sejak pemerintahan penjajah Belanda. Kanal-kanal di sekitar Passer Baru terlihat bersih, meski bau menyengat ciri khas sungai Ibu kota masih terasa. 

Jajaran toko di Passer Baru terlihat rapi dan bersih, di selingi jajanan kaki lima semacam rujak tumbuk, siomay, kerak telor, dan masih banyak lagi. Namun, mata saya tertuju pada jajanan Kerupuk Mie. Kenangan jajanan bersama almarhumah nenek menjelang Bulan Puasa tiba. 
Kerupuk berwarna kuning ini, sambal kacangnya tiada duanya... Puass! bikin nambah pesanan menjadi 5 bungkus plus sambal kacang.

Mau makan siang murah meriah? coba tengok rumah makan di sebelah kiri jalan paling depan dari pintu masuk Passer Baru. Menu ayam hemat selera rakyat, lumayan Yummy dan sehat dengan patokan harga hanya Rp. 15.000,- dari pada makan di pinggir jalan yang terkadang tak tentu harganya...  Pilihan ayam goreng cabai hijau dengan segelas es jeruk cukup meredakan panas sepanjang perjalanan berkeliling Jakarta...

Enjoy Jakarta! Dan buktikan, Jakarta mulai berhias...  












PULAU RAMBUT DAN PULAU UNTUNG JAWA

PULAU RAMBUT DAN PULAU UNTUNG JAWA
Wisata Bahari Pelancong Lokal


      Kernet perahu Cemara Jaya tersenyum menjelang "Liburan Sekolah Akhir Semester". Pasalnya, pengunjung kawasan Tanjung Pasir menjadi ramai. Tiket masuk yang dibandrol Rp. 5.000,00/orang merupakan harga miring bagi wisata alam pinggir pantai. Apalagi akomodasi perahu mesin menuju Pulau Rambut dan Untung Jawa masih bisa dinego dari harga Rp. 15.000,00 menjadi Rp. 12.000,00 per orangnya, kian membuat pemancing maniak tak kapok untuk kembali.  Tak perlu ragu dengan keselamatan,  Save Guard Vest selalu tersedia bagi pengguna perahu mesin, meski hanya menumpangi sekitar 20-30 menit menuju Pulau Rambut dan Pulau Untung Jawa dari Tanjung Pasir Tangerang.


     Pulau Rambut  dan Pulau Untung Jawa merupakan kepulauan di sekitar Ibu Kota Jakarta yang menjadi lokasi wisata alam yang murah namun tak kalah pamor. Perairan yang bening, homestay yang relatif murah dan akomodasi transportasi penunjang yang layak, membuat wisata bahari kepulauan ini cukup mendamaikan mata para pelancong dan pemancing mania.


      Pulau Rambut, merupakan habitat bagi burung-burung laut, seperti bangau dan camar. Juga beberapa biawak dan kucing hutan. Sayangnya, burung elang sebagai fauna langka tak terlihat di sekitar kepulauan ini. Namun, ekosistem habitat unggas masih tetap terjaga keasliannya. Menara Pemantau dan Pemandu yang friendly pun turut memanjakan  pengunjung menikmati eksotisme Pulau Rambut. 











     













       Berbeda dengan Pulau Rambut yang hanya dihuni oleh unggas dan beberapa fauna yang dilindungi, Pulau Untung Jawa memiliki penduduk yang cukup padat. Homestay yang cukup nyaman, bisa dinikmati mulai kisaran Rp. 150.000,00 per malam. Bahkan, jika anda termasuk yang tahan angin laut, gazebo-gazebo hangat berukuran sekitar 2 x 2 meter pun tersedia
di sekitar pinggir  pantai sambil menikmati ikan bakar hasil memancing.
        Standar lokal hiburan pantai pun hadir di pulau ini, dari banana boat sampai donat terbang cukup dipatok dengan harga Rp. 20.000,00 - 25.000,00 saja. Cukup seru bukan untuk petualangan baru di Pulau ini?

         Wisata Kuliner pun cukup bersahabat dengan kantong pengunjung. Menu Seafood dengan beragam paket atau air kelapa hijau pelepas dahaga sehabis bermandi ombak laut? bisa anda nikmati sesuai selera anda.





M a w a R: Mawar Istimewa

M a w a R: Mawar Istimewa: Sebagai manusia yang hidup di dunia, kita menerima sinar utama kita dari matahari, yang memberikan kehangatan, pertumbuhan, kekuata...

PENYADAP NIRA

PENYADAP NIRA
DS. KARANGENDEP, PURWOKERTO, JAWA TENGAH
Yan_yacoeb@yahoo.com

Pagi hari di Desa Karangendep, Patik Raja, Banyumas, Purwokerto Jawa Tengah, merupakan waktu yang sibuk bagi para penyadap nira. Sebelum berangkat bertani ke sawah mereka menyadap air nira dari manggar pohon kelapa untuk dijadikan gula jawa, sebagai salah satu komoditi lokal daerah ini.

Air nira disadap mulai pkl. 06.00 pagi bahkan ada yang memulai sebelum subuh sampai diambil kembali hingga menjelang sore hari.

Dengan bermodalkan bambu-bambu sebagai wadah nira, para penyadap nira segera memanjat pohon kelapa dengan hitungan detik. Hap! Sekejap saja mereka sudah berada di puncak pohon kelapa dan memotong manggar (bakal buah kelapa) lalu meletakkan wadah bambu penyadapnya. Manggar ini dapat mengeluarkan air nira kira-kira sampai 5 hari untuk berpuluh-puluh wadah bambu.



Air nira harus segera diambil dari manggarnya setelah wadah penuh, jika sampai terlalu sore dan tidak segera dimasak, bisa-bisa menjadi basi dan menghasilkan gula jawa yang kurang bagus hasilnya.

Air nira dimasak dalam tungku api yang sangat sederhana dengan berbahan bakar dari kayu bakar hutan saja. Itulah yang membuat hasil gula menjadi lebih sedap rasa dan wanginya.








Setelah air nira dimasak  dalam wajan besar selama beberapa jam, air nira diaduk hingga mengental. Air nira akan berubah menjadi gumpalan kental seperti dodol kecoklatan. Letupan-letupan panas yang makin menggelembung besar, menandakan bahwa akan segera menjadi cairan caramel gula yang memadat. Kemudian, cairan tersebut dicetak dalam wadah  seperti mainan congklak anak-anak. Seru sekali mencopotinya jika cairan sudah mengeras. Tetapi harus hati-hati jika masih panas, karena cairan gula cepat sekali mengeras dan harus cepat dituangkan lagi kedalam cetakan-cetakan congklak. Cantik sekali! Gula merah dari Purwokerto berbentuk setengah lingkaran dengan warna coklat muda kemerahan. Hmmmm, tak sabar rasanya ingin membuat santapan kolak lezat dicuaca dingin Desember-Januari ini.

Menu andalan yang baru dicoba penulis adalah singkong rasa nira, yang direbus dalam air nira, menjadi cemilan manis yang menggugah selera di pagi maupun sore hari disantap bersama teh hangat maupun kopi kental. Digoreng pun tak masalah… semakin yummy! Mmmm. Jadi lupa rasa singkong aslinya…









Sakura © 2014. All Rights Reserved | Powered By Blogger | Blogger Templates

Designed by-SpeckyThemes